Jumat, 20 September 2013

PA.Acarina SMAN 1 Rengel,Tuban

                                                       PA.ACARINA

PECINTA ALAM ACARINA






Join facebook klik disini

Sejarah berdirinya Acarina
Berdiri pada tahun 2004 dan sampai saat ini sudah memiliki  lebih dari 100 anggota dan berlokasi di SMA Negeri 1 Rengel.Pendiri organisasi ACARINA yaitu Supriadi dan syukur alhamulillah bendera ACARINA berkibar pertama kali di puncak gunung Lawu daerah Jatim-Jateng. dikibarkan oleh Adi Irawan Profil pada 14 Januari 2009 bersama rombongan pecinta alam dari daerah Tuban.

Pembina Umum ACARINA
M. Ali Baharudin S.Pd Profil

Daftar Ketua Umum ACARINA
1. Supriadi Profil
2. Yengki Iko S.Profil
3. Fais H.Profil
4. Ahmad Ashari
5. Heri K. Profil
6. Andriani Putri Profil
7. Riski Profil
8. Ristiqomah
9.Fahrizal Aditya
Koleksi Foto Acarina








Hobby seorang PECINTA ALAM

Legenda dan Sejarah Gunung Semeru - Mahameru

Thumbnail Gunung Semeru Legenda dan Sejarah Gunung Semeru di Tanah Jawa meyakini pemerintahan tertua di tanah Jawa berada di kaki Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Beberapa kali, Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java, menyebut kata-kata Semiru (Gunung Semeru). Giling Wesi, nama pemerintahan di kaki Gunung Semeru ini didirikan oleh Tritresta, yang juga tercacat sebagai penguasa pertama Giling Wesi. Dalam naskah Daerah Jawa bagian Timur, Sumenep dan Bali, Nata Kusuma, pejabat panambahan Sumenap menyusun silsilah penguasa Hindu yang memerintah di Jawa. Silsilah tersebut cukup detail..

Pendaki PEMULA ! Mulailah dari Gunung yang RAMAH

Thumbnail
Bagi para Pendaki, semua gunung menarik untuk didaki. Meski demikian, para pendaki pemula harus tahu diri. Jangan coba - coba langsung menjajal gunung yang memiliki lintasan sulit. Mereka bisa menjajal beberapa gunung yang lumayan "Gampang" (Kondisi Medan) didaki jika baru pertama ingin merasakan nikmatnya mendaki gunung.  Beberapa gunung yang "Ramah" bagi pemula. Khususnya Gunung di Sulawesi Selatan Diantaranya Gunung Bulusaraung walapun api tgunung ini terhitung gunung yang ramah tetapi tetap saja Alam tidak bisa diperhitungkan. Selain itu, Gunung Bulusaraung juga termasuk dalam kategori gunung...

Wisata kota Tuban (goa ngerong)

Goa Ngerong. iivhy.wordpress.com
6


Selama ini Kabupaten Tuban dikenal dengan sebutan Seribu Goa. Sebutan tersebut tentu bukan sekadar omong kosong, di kabupaten ini banyak sekali dijumpai goa-goa yang umurnya sudah sangat tua bahkan terkadang dikeramatkan.

Salah satu gua yang paling tersohor di Tuban adalah Goa Ngerong yang terletak di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Goa Ngerong terkenal karena keindahan serta adanya sumber mata air yang keluar dari dalam gua.

Di dalam gua ini juga terdapat ikan tawes dan kura-kura yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang hingga saat ini masih menyimpan mitos yang belum terkuak.

Selain ikan dan kura-kura, pada siang hari pengunjung dapat menikmati ribuan kelelawar yang bergelantungan di atap goa. Selain alamnya yang indah, ribuan makhluk hidup yang ada di dalam Goa menambah keunikan Goa Ngerong.

Ledakan pengunjung biasanya terjadi pada hari Jumat Pahing. Di mana pada hari pasaran Jawa itu, orang berdatangan untuk nyekar atau sekadar membasuh muka dengan air Kali Ngerong.

Para pengunjung percaya kalau sumber mata air dari Goa Ngerong punya tuah dan diyakini mampu merangsang usaha, jodoh atau hal lainnya yang berkaitan dengan kepentingan duniawi.

Cerita seputar Goa Ngerong di mulai dari bagian cikal bakal terbentuknya Kadipaten Tuban di masa kerajaan dulu, kepahlawanan tokoh Kembangjoyo yang sakti mandraguna hingga cerita tentang kecantikan putri Ngerong yang elok rupawan.

Ada kisah yang beredar di kalangan warga sekitar, sang putri yang konon bertapa di dalam Goa Ngerong hingga lampus (raganya menghilang) tetapi masih kerap terdengar suaranya dan kerap muncul di tengah kesibukan orang nyekar. Sang putri tersebut digambarkan mengenakan kebaya dengan selendang di bahunya sambil membawa tas belanjaan khas orang dusun.

Menurut legenda masyarakat setempat, ikan dan kura-kura yang berjumlah ribuan merupakan jelmaan bidadari dan Senopati Kerajaan Gumenggeng yang dikutuk Dewa karena membuat kesalahan.

Gua Ngerong juga memiliki cerita mistis yang terselimuti di balik keindahannya. Salah satu cerita mistis yang dipercaya warga yaitu apabila ada pengunjung yang datang kemudian pulang membawa ikan tawes atau kura-kura yang berasal dari sumber air di dalam goa maka akan mendapatkan sial atau bahasa Jawanya "ciloko".

Kepercayaan lain yang hingga kini masih tumbuh subur di Goa Ngerong yakni bila seorang berani membawa ikan dan kura-kura keluar dari tempatnya maka akan didatangi hantu hingga hewan itu dikembalikan ke tempat semula.

Kedua mitos ini membantu gua dan hewan-hewannya tetap lestari sampai saat ini. Hewan lainnya adalah kura-kura putih dengan diameter kurang lebih 1 meter, juga ikan tanpa mata (buta) khas hewan gua, yang mulai didapati di kedalaman 1000 meter.

Tertarik menikmati keindahan Goa Ngerong

Pendakian Gunung Lawu



Gunung Lawu

Gunung Lawu
Ketinggian 3.265 m
Daftar Gunung
Lokasi
Lokasi Karanganyar, Wonogiri (Jawa Tengah), Magetan (Jawa Timur)
Koordinat 111°11'39" LS 07°37'37" BT
Geologi
Jenis stratovolcano
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Suharto.

Pendakian

Tugu Hargo Dumilah, Puncak tertinggi Gunung Lawu
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.
Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.
Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejahuan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4. Di pos2 terdapat watu gedhe yang kami namai watu iris(karena seperti di iris).
Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan seperti masjid yang ternyata adalah makam.Untuk mendaki melalui Cemorosewu(bagi pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya berat untuk pemula.
Di atas puncak Hargo Dumilah terdapat satu tugu.

Misteri gunung Lawu

Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya Praja Mangkunegaran.
Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.

Legenda gunung Lawu

Lawu.jpg
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah Dara Petak putri dari daratan Tiongkok dan Dara Jingga. Dari Dara Petak lahir putra Raden Fatah, dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
Raden Fatah setelah dewasa beragama islam, berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak dengan pusatnya di Glagah Wangi (Jepara).
Melihat kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan Demak.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang kepala dusun yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Merekapun pergi bersama ke puncak Harga Dalem.
Saat itu Sang Prabu bertitah, "Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus mundur, aku harus muksa dan meninggalkan dunia ramai ini. Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua mahluk gaib dengan wilayah ke barat hingga wilayah gunung Merapi/gunung Merbabu, ke timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu. Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak.
Tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu: Bila demikian adanya hamba pun juga pamit berpisah dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan Sang Prabu di sini.
Singkat cerita Sang Prabu Brawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon moksa di Harga Dumiling. Tinggalah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.

Obyek wisata

Obyek wisata di sekitar gunung Lawu antara lain: